Kita seperti pelukis-pelukis yang mencoretkan kuasnya di atas satu kanvas. Satu kanvas itu kita kenal dengan Calandra. Tiap-tiap pelukis, memiliki karakter dan ciri khas masing-masing. Semua pelukis ingin mengoreskan kuasnya masing-masing, memberi warnanya masing-masing, garisnya masing-masing. Pada akhirnya, para pelukis kebingungan, sebenarnya lukisan apa yang telah mereka buat. Mereka hanya melihat satu kanvas penuh coretan dengan penuh warna tanpa tahu apa yang telah mereka lukis.
Merekapun akhirnya berembuk dan memutuskan melukis dengan satu tujuan, yaitu melukis sesuai dengan apa yang telah disepakati. Akhirnya, lukisan pertama yang dipenuhi coretan tak jelas, kembali ditutupi warna-warna, coretan-coretan baru dengan objek yang jelas dan pada akhirnya menghasilkan lukisan indah yang dapat dimengerti, dipahami dan dinikmati bersama. Bukan hanya mereka, namun juga orang-orang yang melihatnya.
Tak lama, pelukis-pelukis baru datang dan melihat lukisan para pelukis lama tersebut, setelah dipersilahkan, pelukis-pelukis baru itu mencoretkan kuas dan warnanya, namun tidak sampai merubah semuanya, tapi hanya memperbaiki, manambahi, memperhalus lukisan yang telah ada. Karena para pelukis muda telah mengetahui tujuan dari lukisan pelukis lama.
Begitupun seterusnya, generasi tiap generasi datang dan pergi menambah, memperbaiki, memperhalus lukisan tersebut tanpa merubah garis lukisan awal, karena memang cukup jelas Visi yang menjadi dasar lukisan awal.
No comments:
Post a Comment